Mengapa Palestina Perlu Dibela?

by - October 15, 2019



Sebelumnya, gue berasumsi rata-rata kalian yang baca tulisan gue ini adalah kalian para generasi milineal Y atau Z, antara kelahiran 1993- sampe 2000an.

Gue asumsikan kalian sudah cukup umur  dengan sedikit banyak mengerti berita  politik Timur Tengah di TV sekitar tahun 2008, 2009. Ada yang masih inget? Berita apa aja yang lagi rame waktu itu?  Yang paling gue inget waktu itu adalah berita soal perang di Libanon, dan konflik Israel-Palestina. Umur segitu gue mulai bisa mencerna apa yang gue denger dan baca. Gue mungkin cukup beruntung, karena gue punya Bapak (I called him: Abi) yang rajin baca dan demen nyetok buku dan langganan koran atau majalah politik. Nama-nama tokoh Timur Tengah sudah berseliweran di otak gue dari jaman gue SD karena seringnya gue terpapar konten-konten macem begituan di rumah gue.:D  Cuman gue baru sampe pada tingkat kepo untuk baca, nonton beritanya dan  tanya ini itu ke Abi ya waktu usia SMP.

Gue juga inget ada insiden Mavi Marmara, Mei 2010 yang bikin gue geregetan setengah mati. Gimana engga, dengan jiwa idealis gue waktu itu dan kebencian gue dengan arogansi pihak Israel sangatlah beralasan.

Dari titik itu gue mulai sadar kalau ada keadilan di muka bumi yang dipertontonkan pada jutaan pasang mata pemirsa media, tapi tidak mendapat penanganan dan respon yang semestinya. Gue eneg banget dengan sikap diam gue. Do nothing dan minimal cuma memendam kegeraman dalam jiwa. Dan lebih kecewa lagi sepertinya negara-negara Arab di sekitar Palestina tidak bisa berbuat banyak. Pernah dulu di tahun 1949- 1967 melalui Perang Arab-Israel, Israel *berhasil* mengambil alih kendali wilayah di Tepi Barat dan Jalur Gaza (yang sebelumnya ada di bawah kewenangan Yordania dan Mesir), you know why, Israel mendapatkan sokongan bantuan militer yang besarnya ngga main-main dari Amerika Serikat CS. Sejak tahun 1967, Palestina terutama beberpa wilayah di pusaran konflik mendapat sebutan the biggest prison on earth. Gimana engga coba, supply air bersih dibatasi, logistik makanan, obat, material infrastuktur to build up again kota yang ancur. Masa-masa itu pasti memberi haro-hari yang berat sih buat warga Palestina :(

Long story short, barulah ketika gue kuliah di HI, gue baru mudeng kenapa mereka bisa begitu. Meski kita punya Organisation of Islamic Cooperation (OIC), ternyata negara-negara Arab juga punya urusan rumah tangga masing-masing yang juga menyita perhatian dan fokus mereka.  Apalagi dengan adanya persoalan konflik sektarian dan perbedaan visi politik di antara mereka, situasinya jadi makin rumit.

Anyway, jikalau kita bisa menyimpulkan kalo Amerika Serikat punya kepentingan nasional khusus di Israel, meanwhile gue rasa kita susah untuk menyimpulkan negara Arab mana yang punya kepentingan nasional kuat di Palestina.
Kalau dianalogikan, Palestina ni kayak anak sekolahan yang dibuli abis abisan sama gengnya Israel-Amerika, terus Palestina tu punya temen sekelas yang ngga berani ngebela dia terang-terangan, karena apa? Karena mereka pada sibuk sendiri dengan masalahnya sendiri dan masih merasa butuh sama Amerika di beberapa hal. (._.)

Sedih ngga lu ? lu kalo jadi temen sekelasnya, lu bakal ngapain kalau ada di situasi dan “sistem” pergaulan yang macem gitu?

Terus soal poin kemanusiaan nih ya. Pernah dengar istilah “selective emphaty”?
Fix, itu nyesek banget sih. Jadi selective emphaty ini adalah suatu istilah yang pertama gue denger dalam konteks isu kelingkungan dimana ada aktor-aktor yang pilih-pilih dalam berkontribusi dalam agenda peduli bumi. Ngga all out, semacam sekedar gugur kewajiban atau untuk kepentingan menyelematkan citra aja, dimana hal ini bagi produsen bisa memanfaatkannya  untuk bahan branding mereka.

Kalau dikonteks Palestina nih, gue rasa mirip. Karena ngga semua orang peduli sama nasib mereka. Sepeduli apa sih manusia sekarang sama orang lain yang tinggal jauh dari dia, kenal aja kagak, beda latar belakang budaya, agama, ras. Dan ditambah lagi kita hidup di tengah media-media besar mainstream yang kurang vokal terhadap isu ini. Gue rasa ini karena dua faktor utama. Pertama, karena banyak media besar dunia itu pemiliknya adalah orang-orang yang berkepentingan dalam zionisme. Kedua adalah karena banyak brand-brand atau korporasi besar yang bersimbiosis dengan mereka dalam mendukung kepentingan Israel.

Time flies, bagaimana keadaan Palestina sekarang. Akhir-akhir ini, meskipun mendapat kecaman banyak pihak, termasuk Amnesty International, Israel  *masih aja* melanjutkan illegal settlements nya. Mereka ngebangun hunian di atas tanah yang masih belum beres sengketanya. Perlawanan warga Palestina dan desa yang tergusur berlangsung hingga hari ini.

*Cek ulasan dari Amnesty Internasional di sini https://youtu.be/-lk7VLsAKIM

Tulisan kali ini gue harapkan bisa nambah wawasan temen-temen soal konflik Palestina-Israel yang berkepanjangan hingga hari ini. Setidaknya kita ada empati  untuk doain yang terbaik buat mereka.  Atau lebih baik lagi kalo temen-temen terus tingkatkan awareness kalian dengan mulai banyak riset soal ini. Kalian bisa follow akun Instagram yang aktif dan selalu vokal di isu ini: https://www.instagram.com/smart_171/?hl=id

Kalian juga bisa andalkan portal/media lain seperti AlJazeera, Middle East Monitor, AJ+, TRT, Cordova Media, dll buat monitoring update isu ini. Be proactive and dont be such an ignorant people of issue that you could possible care about. And thank you for choosing to care J

***
''Salah seorang di antara kamu sekalian tidaklah sempurna imannya sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.'' (HR Bukhari dan Muslim)

“Orang mukmin dengan orang mukmin yang lain seperti sebuah bangunan, sebagian menguatkan sebagian yang lain.” [Shahih Muslim No.4684]

“Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam.” [HR. Muslim]


You May Also Like

0 comments